16 Maret 2012

Catatan siang (cermin)


Hari ini cupu mendapat hadiah sebuah cermin dari temannya yang cuti tahunan. Sementara teman teman yg lain mendapat gantungan kunci. Semua nampak istimewa karena dibeli di luar negeri.

Ternyata bagi cupu hadiah cermin dari temannya itu menjadi sangat sangat istimewa. Setiap pagi dan siang terutama setelah makan dia menggunakannya untuk melihat mulutnya yang mungkin ada makanan yang masih ada disekitar mulut, atau sekedar melihat apakah ada cabai yang tersangkut di gigi.


Cupu melihat cermin kecil hadiah temannya itu menjadi sangat sangat istimewa hari demi hari. Setiap pagi dihitungnya kerut pada dahinya, di bawah kelopak mata dan di lehernya. Di lihatnya lagi berapa banyak rambut putihnya yang berada di depan dan mungkin ada alisnya juga yang sudah berwarna putih.

Cupu juga menggunakan cermin hadiah temannya itu untuk mewarnai hidup dengan canda dan tawa. Sering dia bercanda dengan teman temannya.
”Hayo siapa yang mau lihat bintang film?”. Teman temannya pada mengiyakan. Lantas diajak temannya melihat ke cermin. Cupu usahakan hanya dia saja yang nampak di cermin. ”Nah itu bintangnya”. Akhirnya semua tertawa dan ada juga yang bilang; ”Ah, dasar cupu, bisa aja!”.

Kadang kala juga dia buat teman temannya jadi sewot.
”Hayo siapa yang mau lihat kangguru?”. Teman yang suka bau bau yang luar negeri biasanya langsung bilang, ”Aku, aku”. Lantas cupu menghadapkan cermin kecilnya itu ke teman yg menjawab itu. ”Nih lihat kangguru”. Temannya itu jadi sewot. ”Akh dasar Cupu, kalau aku kangguru kamu mbak gurunya ”. ” Ha ha ha …”; semua jadi ketawa.
Akh cupu memang ada ada saja nih.
---

Begitulah cerita cermin kecil hadiah teman cupu. Cermin yang sangat istimewa bagi cupu. Muali saat itu cupu sudah tahu berapa umurnya. Lantas dia berusaha menyesuaikan dengan tingkah lakunya yang sesuai dengan usianya. Cupu tidak lagi risau dengan makanan yang masih berlepotan di mulut karena cupu kadang makan terlalu selera sehingga sering berlepotan. Atau cupu kini sudah tidak lagi jadi ketawaan teman temannya ketika potongan potongan cabai yang masih lengket di gigi giginya karena sukanya makan sambal.

Bagaimana mereka yang tidak punya cermin?
Cukup bagi mereka, anak anak yang sudah membesar, atau panggilan ”Bapak” atau ”Ibu”, ketika orang menyapanya, sudah merupakan cermin hidup bagi mereka.

Bagi mereka yang sudah memenuhi bui bui dan mereka yang sudah terpampang di surat kabar atau dalam berita berita yang membongkar kecurangan, kebohongan atau keculasan merupakan cermin terbuka bagi semua orang.

Cermin hidup kita banyak disekitar kita. Yang sering terjadi adalah ketidak perdulian kita saat cermin itu berbicara, Apakah karena kita tidak mengerti atau kita tidak mau mengerti. Semua itu hanya kita sendiri yang tahu.
--

Setiap kesalahan adalah nasehat bagi mereka yang mau memperbaikinya.
----

Qibla.. (tulis alamat anda)