Hari ini cupu mendapat
hadiah sebuah cermin dari temannya yang cuti tahunan. Sementara teman teman yg
lain mendapat gantungan kunci. Semua nampak istimewa karena dibeli di luar
negeri.
Ternyata bagi cupu
hadiah cermin dari temannya itu menjadi sangat sangat istimewa. Setiap pagi dan
siang terutama setelah makan dia menggunakannya untuk melihat mulutnya yang
mungkin ada makanan yang masih ada disekitar mulut, atau sekedar melihat apakah
ada cabai yang tersangkut di gigi.
Cupu melihat cermin
kecil hadiah temannya itu menjadi sangat sangat istimewa hari demi hari. Setiap
pagi dihitungnya kerut pada dahinya, di bawah kelopak mata dan di lehernya. Di
lihatnya lagi berapa banyak rambut putihnya yang berada di depan dan mungkin
ada alisnya juga yang sudah berwarna putih.
Cupu juga menggunakan
cermin hadiah temannya itu untuk mewarnai hidup dengan canda dan tawa. Sering
dia bercanda dengan teman temannya.
”Hayo siapa yang mau
lihat bintang film?”. Teman temannya pada mengiyakan. Lantas diajak temannya
melihat ke cermin. Cupu usahakan hanya dia saja yang nampak di cermin. ”Nah itu
bintangnya”. Akhirnya semua tertawa dan ada juga yang bilang; ”Ah, dasar cupu,
bisa aja!”.
Kadang kala juga dia
buat teman temannya jadi sewot.
”Hayo siapa yang mau
lihat kangguru?”. Teman yang suka bau bau yang luar negeri biasanya langsung
bilang, ”Aku, aku”. Lantas cupu menghadapkan cermin kecilnya itu ke teman yg
menjawab itu. ”Nih lihat kangguru”. Temannya itu jadi sewot. ”Akh dasar Cupu,
kalau aku kangguru kamu mbak gurunya ”. ” Ha ha ha …”; semua jadi ketawa.
Akh cupu memang ada ada
saja nih.
---
Begitulah cerita cermin kecil hadiah teman cupu. Cermin yang sangat
istimewa bagi cupu. Muali saat itu cupu sudah tahu berapa umurnya. Lantas dia berusaha
menyesuaikan dengan tingkah lakunya yang sesuai dengan usianya. Cupu tidak lagi
risau dengan makanan yang masih berlepotan di mulut karena cupu kadang makan
terlalu selera sehingga sering berlepotan. Atau cupu kini sudah tidak lagi jadi
ketawaan teman temannya ketika potongan potongan cabai yang masih lengket di
gigi giginya karena sukanya makan sambal.
Bagaimana mereka yang
tidak punya cermin?
Cukup bagi mereka, anak
anak yang sudah membesar, atau panggilan ”Bapak” atau ”Ibu”, ketika orang
menyapanya, sudah merupakan cermin hidup bagi mereka.
Bagi mereka yang sudah
memenuhi bui bui dan mereka yang sudah terpampang di surat kabar atau dalam
berita berita yang membongkar kecurangan, kebohongan atau keculasan merupakan
cermin terbuka bagi semua orang.
Cermin hidup kita banyak disekitar kita. Yang sering terjadi adalah
ketidak perdulian kita saat cermin itu berbicara, Apakah karena kita tidak
mengerti atau kita tidak mau mengerti. Semua itu hanya kita sendiri yang tahu.
--
Setiap kesalahan adalah nasehat bagi mereka yang mau memperbaikinya.
----