Dengan berlari lari
kecil cupu menuruni anak tangga ke tingkat pertama dari tingkat tiga kantornya,
padahal lift tersedia. Cupu lebih suka menunruni anak tangga sambil melemaskan
otot kaki. Itu alasan yang diberikan ketika orang bertanya kepadanya mengapa dia
tidak menggunakan lif ke tingkat pertama.
Jam setengah 12 hari ini
cupu ada janji menemani seorang ibu yang sudah dia kenal sejak lama. Ibu itu
berasal dari kampung yang sama. Karena keadaan umurnya, sulit baginya
mempelajari bahasa asing. Jadilah cupu hari ini sebagai penterjemaah amatiran.
Si ibu berencana akan
membuka rekening di bank sebagai syarat untuk pengajuan pensiun. Karena uang
dari pemerintah ini akan dikirim langsung ke rekening bank. Siapa saja yg
mencapai umur 62 di negeri ini dapat mengajukan pensiun. Walau nilai nominalnya
tidak besar, namun dapat digunakan sebagai menambah keuangan keluarga.
Ketika cupu sampai di
bank si ibu sudah duduk dengan terangguk angguk karena mengantuk. Cupu memberi
salam dan disambut oleh ibu itu. Kemudian cupu mengambil nomor giliran dengan
menekan tombol mesin tiket.
Kebetulan hari itu haris
senin, lumayan banyak orang yg menunggu, cupu duduk disamping si ibu sambil
menanyakan keadaannya dan suaminya. Lantas dia bercerita tentang keadaan
suaminya yg sudah semakin banyak sakitnya dari sehatnya. Dia mengatakan bahwa
dia sudah lama menunggu, kira kira satu jam. Sebab itu dia mengantuk kantuk.
Untung katanya lagi tadi ada teman anaknya yang dia jumpai, sehingga dia sempat
ngobrol sebentar, namun anak itu telah pergi karena ada urusan lain.
Nomor terus begulir
seirama dengan guliran jarum panjang pada jam besar yang menempel di dinding.
Dari detik ke detik menit ke menit. Tidak terasa sudah 10 menit berlalu, namun
nomor yang tertera di tiket belum juga muncul. Sementara waktu istirahat cupu
hanya sampai pukul 12.00.
Di monitor muncul nomor
49, cupu melihat ke tiket yg ditangannya. Lantas dia mengajak ibu itu pergi
setelah melihat nomor tiket yg di tangannya sesuai dengan nomor yg dimonitor.
Cupu jalan agak cepat sehingga ibu tadi tertinggal di belakang. Lalu cupu
mendapati loket yg ditunjukkan oleh nomor itu.
Seorang wanita muda
tengah menanti kami. Dia tersenyum melihat kedatangan kami dan menyapa dengan
menanyakan keperluan kami. Cupu hampir tidak percaya dengan apa yg didengarnya,
karena suara wanita itu tidak seperti penampilannya yg feminim. Suaranya nampak
besar dan keras. Cupu hanya berfikir bahwa penampilan tidak selalu sesuai
dengan yg lainnya.
Lantas cupu menjelaskan
kedatanganya ke bank itu. Cupu menunjuk ke ibu tadi bahwa dia akan membuka
rekening di bank itu.Pertanyaan yg ditanyakan adalah identitas. Kebetulan cupu sudah memberitahukan kepada ibu tersebut agar membawa
pasport. Lalu pasport itu diserahkan kepada wanita tersebut.
---
Dengan monitor di depannya wanita pegawai bank itu mulai mengetik satu
per satu. Cupu dan ibu itu hanya diam menunggu. Sesekali cupu melihat jam di
dinding yang memastikan dia tidak akan terlambat kembali ke kantornya.
Setelah beberapa saat
wanita itu memberikan selembar kertas pos-it dan pulpen dan menyuruh cupu untuk
menuliskan alamat jalan dan post kode serta nomor telefon dan alamat email ibu
itu.
Cupu mulai menulis
alamat ibu itu, kemudian dia ingin menuliskan nomor telefon. Lalu cupu bertanya
kepada ibu itu, ternyata dia tidak mempunyai telefon rumah. Lantas nomor
telefon genggam, dia juga tidak punya. Menurut yang cupu ketahui, bahwa memang
ibu itu tidak tahu menahu tentang Hp dan sejenisnya.
Ada pernah dulu suatu
kali dia belikan HP oleh suaminya, namun dia tidak pernah menggunakannya selain
menerima panggilan saja, tidak pernah menelfon, karena dia memang tidak pernah
tahu bagaimana menelfon dengan telefon genggam itu.
Karena tidak ada nomor
telefon dan nomor HP, cupu menuliskan nomor telefon miliknya.
Melanjuti permintaan wanita pegawai bank itu tentang alamat Email.
E-mail. Telefon tidak punya, lalu Email, Cupu coba tanya ke ibu itu, mana tahu
ibu itu mempunyai jawabannya.
Ibu itu tidak mengerti
apa yg dimaksud cupu dengan alamat Email. Melihat gelagat itu, cupu tidak
bertanya lagi. Sama halnya seperti nomor nomor telefon tadi, kali ini cupu juga
menulis alamat e-mail miliknya sendiri "cupu_cup@yahoo.com".
---
Kerta post-it itu diserahkan kembali kepada wanita pegawai bank itu.
Wanita pegawai bank membaca dengan seksama tulisan cupu yang lumayan semrawut. Dia menanyakan nomor
telfon itu, lalu cupu menjelaskan itu nomor telfonnya. Dia menjelaskan bahwa
ibu itu tidak mempunyai telefon dan bahkan juga hp. Lalu
dia bertanya tentang alamat E-mail yang cupu tulis di post-it itu. Cupu menerangkan juga
bahwa itu juga miliknya, karena ibu itu sama sekali tidak tahu tentang komputer
apalagi internet.
Tidak berapa lama wanita
itu menyakan lagi, apakah ibu itu sewaktu waktu memerlukan uang cash. Dia
menawarkar kartu Visa agar bisa digunakan sewaktu waktu untuk mengambil uang
dari mini bank dan membayar pembelian dengan kartu itu. Cupu mengangguk
mengiyakan, tanpa bertanya kepada ibu itu.
Lalu wanita pegawai bank
itu menanyakan apakah dia juga perlu akses internet untuk membayar rekening
dengan net-bank. Cupu teringat lagi keadaan keluarga ibu ini, kadang kala
suaminya sudah tidak ada uang di rekeningnya, maka ibu ini bisa membantu
membayar rekening yg belum terbayar, sekalian untuk menghidari dari denda
keterlambatan bayar, maka cupu mengangguk lagi tanda meng-iyakan.
Wanita pegawai bank
selanjutnya menanyakan hubungan cupu dengan ibu itu. Lantas cupu menjelaskan
semuanya. Wanita pegawai itu mengangguk angguk mengerti.
---
Sebelum kami pergi
wanita itu mengatakan bahwa pasword Visa dan pasword net-bank akan dikirim
melalui post ke alamat ibu itu dan akan diterima dalam waktu kira kira 1
minggu. Kemudian wanita menyerahkan alat pembaca kartu untuk pembayaran
net-bank dan sebuah kartu sementara dengan nomor rekening ibu itu.
Cupu membacanya dan
mencatatnya di HP, dengan niat sewaktu waktu jika ibu itu kehilangan atau lupa
bisa diingatkan.
Setelah menanda tangani
dokumen pembukaan rekening, cupu dan ibu itu meninggalkan bank sambil
mengucapkan terima kasih atas pelayanan pekerja bank itu. Semua free tanpa ada
biaya.
---
Cupu mengingat-ingat
lagi bagaimana keadaan di zaman ini, semua manusia tergantung dengan HP dan
komputer juga internet. Mana ada lagi dijumpai banyak kertas yg bergulung
gulung atau yg menumpuk di meja meja kantor, selain sebuah USB-pin sebagai
tempat menyimpan data. Jika perlu dicetak, maka tinggal menghubungkan dengan
printer dan mencetaknya. Atau sebuah proyektor dengan layar putih sebagai ganti
papan tulis dengan spidol atau gambar gambar.
Konsekwensinya adalah
tidak banyak lagi pegawai kantor yang direkrut untuk pekerjaan kantor dan
sejenisnya, karena sudah cukup beberapa orang saja untuk mengerjakan pekerjaan
kantor dan di pabrik beberpa orangs aja diperlukan untuk menggerakkan mesin dan
alat alat elektronik yang menghasilkan produksi.
Sementara apa yang
terjadi dengan dengan orang orang yang sudah melampaui umur mudanya seperti ibu
tadi, yang disaat seusianya barang barang elektronik itu belum pernah ada, atau
karena di negaranya barang barang elektronikk itu belum lagi dipakai secara
umum.
Jika bicara manfaat,
memang benar manfaatnya sangat besar, selain memudahkan pekerjaan, bermanfaat
juga dalam mengurangi biaya. Namun bagi orang orang yang tidak pernah tahu dan
belum lagi sempat belajar karena dengan usia tuanya. Sangat sulit bagi mereka
menghafal atau membaca kode kode.
---
Menurut cupu orang orang
tua atau mereka yang asing dengan mesin mesin tekhnologi itu bisa diberi kursus
yang mudah untuk keprluan sehari harinya, agar mereka bisa memanfaatkan kemajuan
tekhnologi ini dalam kehidupan mereka. Contohnya pemberian kursus penggunaan
net-bank, pemayaran melalui internet yang lebih murah dan tidak banyak membuang
waktu.
Jika mereka tidak
mengikuti perkembangan ini, maka ada konsekwensi bagi mereka. Contohnya; jika
mereka ingin membayar rekening air atau listrik dan sampah atau rekening
lainnya harus menempuh perjalanan ke bank dengan membayar ongkos transport dan
juga membayar ongkos administrasi untuk pembayaran di bank yang lumayan besar
jika dibandingkan dengan pembayaran melalui internet (net-bank).
Cara lain adalah jika
pemerintah mau memberikan pelayanan bagi orang orang tua ini, pelayanan
home-bank (istilah cupu) dimana ada orang yg menolong mereka membuka rekening
bank dan memesan pembayaran secara elektronik seperti net-bank dan membantunya
membayarkan rekening rekening tiap bulannya.
--
Masalah mungkin tidak
seruwet ini jika anak anak mereka mau membantu dalam masalah ini. Namun berapa
banyak anak anak mereka yang bersedia atau yang mempunyai waktu untuk itu.
Kenyataannya, masyarakat negeri ini sudah demikian sibuk dengan dunianya masing
masing.
Anak anak mereka saat
ini sudah pada sibuk dengan pekerjaannya yang menghabiskan waktu sehariannya
ditambah waktu dengan keluarganya masing masing. Sementara orang orang tua
mereka tinggal di rumah sendiri atau tinggal dengan hanya berdua dengan suami
atau istrinya.
---
Cupu teringat akan
dirinya ..Akankah dia juga menghadapi hal yg sama seperti ibu itu juga, karena
bisa jadi, pada masa tuanya nanti muncul tekhnologi baru yg cupu tidak sempat
belajar atau terlalu tua untuk belajar dan mengikuti perkembangan zaman ?
Atau akankah keadaannya
seperti orang orang tua yang ditinggalkan anak anaknya saat sudah dewasa,
sehingga tiada waktu untuk mereka untuk membantu atau berkidmat kepada orang
tuanya karena terpengaruh oleh kebiasaan dan cara hidup negeri ini.?
Semoga cupu masih mau
belajar. Bukankah belajar itu wajib.
Dan bukankah cupu masih
punya waktu mendidik anak anaknya untuk selalu menghormati budayanya dan agama
yang mengajarkan anak anak patuh dan selalu berkhidmat terhadap orang tua
sampai usia tuanya …!!!! Mudah mudahan.