16 Maret 2012

Catatan siang (tekhnologi)


Dengan berlari lari kecil cupu menuruni anak tangga ke tingkat pertama dari tingkat tiga kantornya, padahal lift tersedia. Cupu lebih suka menunruni anak tangga sambil melemaskan otot kaki. Itu alasan yang diberikan ketika orang bertanya kepadanya mengapa dia tidak menggunakan lif ke tingkat pertama.

Jam setengah 12 hari ini cupu ada janji menemani seorang ibu yang sudah dia kenal sejak lama. Ibu itu berasal dari kampung yang sama. Karena keadaan umurnya, sulit baginya mempelajari bahasa asing. Jadilah cupu hari ini sebagai penterjemaah amatiran.

Si ibu berencana akan membuka rekening di bank sebagai syarat untuk pengajuan pensiun. Karena uang dari pemerintah ini akan dikirim langsung ke rekening bank. Siapa saja yg mencapai umur 62 di negeri ini dapat mengajukan pensiun. Walau nilai nominalnya tidak besar, namun dapat digunakan sebagai menambah keuangan keluarga.

Ketika cupu sampai di bank si ibu sudah duduk dengan terangguk angguk karena mengantuk. Cupu memberi salam dan disambut oleh ibu itu. Kemudian cupu mengambil nomor giliran dengan menekan tombol mesin tiket.

Kebetulan hari itu haris senin, lumayan banyak orang yg menunggu, cupu duduk disamping si ibu sambil menanyakan keadaannya dan suaminya. Lantas dia bercerita tentang keadaan suaminya yg sudah semakin banyak sakitnya dari sehatnya. Dia mengatakan bahwa dia sudah lama menunggu, kira kira satu jam. Sebab itu dia mengantuk kantuk. Untung katanya lagi tadi ada teman anaknya yang dia jumpai, sehingga dia sempat ngobrol sebentar, namun anak itu telah pergi karena ada urusan lain.

Nomor terus begulir seirama dengan guliran jarum panjang pada jam besar yang menempel di dinding. Dari detik ke detik menit ke menit. Tidak terasa sudah 10 menit berlalu, namun nomor yang tertera di tiket belum juga muncul. Sementara waktu istirahat cupu hanya sampai pukul 12.00.

Di monitor muncul nomor 49, cupu melihat ke tiket yg ditangannya. Lantas dia mengajak ibu itu pergi setelah melihat nomor tiket yg di tangannya sesuai dengan nomor yg dimonitor. Cupu jalan agak cepat sehingga ibu tadi tertinggal di belakang. Lalu cupu mendapati loket yg ditunjukkan oleh nomor itu.

Seorang wanita muda tengah menanti kami. Dia tersenyum melihat kedatangan kami dan menyapa dengan menanyakan keperluan kami. Cupu hampir tidak percaya dengan apa yg didengarnya, karena suara wanita itu tidak seperti penampilannya yg feminim. Suaranya nampak besar dan keras. Cupu hanya berfikir bahwa penampilan tidak selalu sesuai dengan yg lainnya.

Lantas cupu menjelaskan kedatanganya ke bank itu. Cupu menunjuk ke ibu tadi bahwa dia akan membuka rekening di bank itu.Pertanyaan yg ditanyakan adalah identitas. Kebetulan cupu sudah memberitahukan kepada ibu tersebut agar membawa pasport. Lalu pasport itu diserahkan kepada wanita tersebut.
---

Dengan monitor di depannya wanita pegawai bank itu mulai mengetik satu per satu. Cupu dan ibu itu hanya diam menunggu. Sesekali cupu melihat jam di dinding yang memastikan dia tidak akan terlambat kembali ke kantornya.

Setelah beberapa saat wanita itu memberikan selembar kertas pos-it dan pulpen dan menyuruh cupu untuk menuliskan alamat jalan dan post kode serta nomor telefon dan alamat email ibu itu.

Cupu mulai menulis alamat ibu itu, kemudian dia ingin menuliskan nomor telefon. Lalu cupu bertanya kepada ibu itu, ternyata dia tidak mempunyai telefon rumah. Lantas nomor telefon genggam, dia juga tidak punya. Menurut yang cupu ketahui, bahwa memang ibu itu tidak tahu menahu tentang Hp dan sejenisnya.
Ada pernah dulu suatu kali dia belikan HP oleh suaminya, namun dia tidak pernah menggunakannya selain menerima panggilan saja, tidak pernah menelfon, karena dia memang tidak pernah tahu bagaimana menelfon dengan telefon genggam itu.
Karena tidak ada nomor telefon dan nomor HP, cupu menuliskan nomor telefon miliknya.

Melanjuti permintaan wanita pegawai bank itu tentang alamat Email. E-mail. Telefon tidak punya, lalu Email, Cupu coba tanya ke ibu itu, mana tahu ibu itu mempunyai jawabannya.
Ibu itu tidak mengerti apa yg dimaksud cupu dengan alamat Email. Melihat gelagat itu, cupu tidak bertanya lagi. Sama halnya seperti nomor nomor telefon tadi, kali ini cupu juga menulis alamat e-mail miliknya sendiri "cupu_cup@yahoo.com".
---

Kerta post-it itu diserahkan kembali kepada wanita pegawai bank itu. Wanita pegawai bank membaca dengan seksama tulisan cupu yang lumayan semrawut. Dia menanyakan nomor telfon itu, lalu cupu menjelaskan itu nomor telfonnya. Dia menjelaskan bahwa ibu itu tidak mempunyai telefon dan bahkan juga hp. Lalu dia bertanya tentang alamat E-mail yang cupu tulis di post-it itu. Cupu menerangkan juga bahwa itu juga miliknya, karena ibu itu sama sekali tidak tahu tentang komputer apalagi internet.

Tidak berapa lama wanita itu menyakan lagi, apakah ibu itu sewaktu waktu memerlukan uang cash. Dia menawarkar kartu Visa agar bisa digunakan sewaktu waktu untuk mengambil uang dari mini bank dan membayar pembelian dengan kartu itu. Cupu mengangguk mengiyakan, tanpa bertanya kepada ibu itu.
Lalu wanita pegawai bank itu menanyakan apakah dia juga perlu akses internet untuk membayar rekening dengan net-bank. Cupu teringat lagi keadaan keluarga ibu ini, kadang kala suaminya sudah tidak ada uang di rekeningnya, maka ibu ini bisa membantu membayar rekening yg belum terbayar, sekalian untuk menghidari dari denda keterlambatan bayar, maka cupu mengangguk lagi tanda meng-iyakan.

Wanita pegawai bank selanjutnya menanyakan hubungan cupu dengan ibu itu. Lantas cupu menjelaskan semuanya. Wanita pegawai itu mengangguk angguk mengerti.
---

Sebelum kami pergi wanita itu mengatakan bahwa pasword Visa dan pasword net-bank akan dikirim melalui post ke alamat ibu itu dan akan diterima dalam waktu kira kira 1 minggu. Kemudian wanita menyerahkan alat pembaca kartu untuk pembayaran net-bank dan sebuah kartu sementara dengan nomor rekening ibu itu.
Cupu membacanya dan mencatatnya di HP, dengan niat sewaktu waktu jika ibu itu kehilangan atau lupa bisa diingatkan.

Setelah menanda tangani dokumen pembukaan rekening, cupu dan ibu itu meninggalkan bank sambil mengucapkan terima kasih atas pelayanan pekerja bank itu. Semua free tanpa ada biaya.
---

Cupu mengingat-ingat lagi bagaimana keadaan di zaman ini, semua manusia tergantung dengan HP dan komputer juga internet. Mana ada lagi dijumpai banyak kertas yg bergulung gulung atau yg menumpuk di meja meja kantor, selain sebuah USB-pin sebagai tempat menyimpan data. Jika perlu dicetak, maka tinggal menghubungkan dengan printer dan mencetaknya. Atau sebuah proyektor dengan layar putih sebagai ganti papan tulis dengan spidol atau gambar gambar.

Konsekwensinya adalah tidak banyak lagi pegawai kantor yang direkrut untuk pekerjaan kantor dan sejenisnya, karena sudah cukup beberapa orang saja untuk mengerjakan pekerjaan kantor dan di pabrik beberpa orangs aja diperlukan untuk menggerakkan mesin dan alat alat elektronik yang menghasilkan produksi.

Sementara apa yang terjadi dengan dengan orang orang yang sudah melampaui umur mudanya seperti ibu tadi, yang disaat seusianya barang barang elektronik itu belum pernah ada, atau karena di negaranya barang barang elektronikk itu belum lagi dipakai secara umum.

Jika bicara manfaat, memang benar manfaatnya sangat besar, selain memudahkan pekerjaan, bermanfaat juga dalam mengurangi biaya. Namun bagi orang orang yang tidak pernah tahu dan belum lagi sempat belajar karena dengan usia tuanya. Sangat sulit bagi mereka menghafal atau membaca kode kode.
---

Menurut cupu orang orang tua atau mereka yang asing dengan mesin mesin tekhnologi itu bisa diberi kursus yang mudah untuk keprluan sehari harinya, agar mereka bisa memanfaatkan kemajuan tekhnologi ini dalam kehidupan mereka. Contohnya pemberian kursus penggunaan net-bank, pemayaran melalui internet yang lebih murah dan tidak banyak membuang waktu.

Jika mereka tidak mengikuti perkembangan ini, maka ada konsekwensi bagi mereka. Contohnya; jika mereka ingin membayar rekening air atau listrik dan sampah atau rekening lainnya harus menempuh perjalanan ke bank dengan membayar ongkos transport dan juga membayar ongkos administrasi untuk pembayaran di bank yang lumayan besar jika dibandingkan dengan pembayaran melalui internet (net-bank).

Cara lain adalah jika pemerintah mau memberikan pelayanan bagi orang orang tua ini, pelayanan home-bank (istilah cupu) dimana ada orang yg menolong mereka membuka rekening bank dan memesan pembayaran secara elektronik seperti net-bank dan membantunya membayarkan rekening rekening tiap bulannya.
--

Masalah mungkin tidak seruwet ini jika anak anak mereka mau membantu dalam masalah ini. Namun berapa banyak anak anak mereka yang bersedia atau yang mempunyai waktu untuk itu. Kenyataannya, masyarakat negeri ini sudah demikian sibuk dengan dunianya masing masing.

Anak anak mereka saat ini sudah pada sibuk dengan pekerjaannya yang menghabiskan waktu sehariannya ditambah waktu dengan keluarganya masing masing. Sementara orang orang tua mereka tinggal di rumah sendiri atau tinggal dengan hanya berdua dengan suami atau istrinya.
---

Cupu teringat akan dirinya ..Akankah dia juga menghadapi hal yg sama seperti ibu itu juga, karena bisa jadi, pada masa tuanya nanti muncul tekhnologi baru yg cupu tidak sempat belajar atau terlalu tua untuk belajar dan mengikuti perkembangan zaman ?

Atau akankah keadaannya seperti orang orang tua yang ditinggalkan anak anaknya saat sudah dewasa, sehingga tiada waktu untuk mereka untuk membantu atau berkidmat kepada orang tuanya karena terpengaruh oleh kebiasaan dan cara hidup negeri ini.?

Semoga cupu masih mau belajar. Bukankah belajar itu wajib.
Dan bukankah cupu masih punya waktu mendidik anak anaknya untuk selalu menghormati budayanya dan agama yang mengajarkan anak anak patuh dan selalu berkhidmat terhadap orang tua sampai usia tuanya …!!!! Mudah mudahan.
 ---

Qibla.. (tulis alamat anda)