31 Juli 2012

Catatan perjalanan ke afrika (Jujur dan bahagia)


Perjalan malam ini mengingatkan akan kampung halaman, gelap, becek dan suara tetes air hujan dari daun daun yg masih basah. Bus melaju di jalan yg masih basah oleh hujan. Genangan genangan kecil di jalan membuat suara cipratan air yg terlindas oleh ban. Suasana di dalam bus leggang. Barisan bangku bangku kosong masih nampak di depan. Sementara cupu dan temannya duduk dekat pintu keluar di samping jendela.

Teman cupu baru pulang dari kampung halamannya di afrika mengisahkan kenyamanan dan kebahagiaannya yg tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Bukankah dia di sini mendapatkan semua yg diinginkannya ??? cupu mulai mencari cari tahu apa sebenarnya yg ingin dikatakan temannya itu..

Bus terus berjalan, dan di beberapa tempat pemberhentian, berhenti menaikan penumpang. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 00 malam. Masih saja ada org yg berkeliaran malam malam begini?? . Lantas cupu sendiri dan temannya masih berkeliaran juga !!!
Ya . memang benar cupu dan kawannya ini memang sedang berkeliaran malam ini menuju ke rumah masih masing dari selesai sholat isya dan tarawih di mesjid. Dan memang sholat isya di musim panas ini memang larut malam, padahal jika di lihat di langit masih seperti maghrib saja. Matahari enggan tidur, sementara bulan maunya bobo lama.

Isya dimulai pukul setengah dua belas malam, lalu setelah 15 menit,  tarawih. Cupu dan temannya tidak bisa menghabiskan sholat bersama imam sampai 23 rakaat, selebihnya dia lakukan di rumah. Sementara jika dia menunggu atau ikut sampai 20 rakaat tarawih dan 3 rakaat witir bersama imam, maka cupu kehilangan bus terakhir yg cuma sampai pukul 00:25.

Teman cupu yg baru pulang dari negeri kelahirannya di afrika mengisahkan, jika dia bertengkar dengan kakak wanitanya ketika hendak pulang kembali ke kota tempat dia kini menetap. Dia ingin tetap di sana di afrika kota tempat kelahiran bersama ibu yg sudah lama dia tinggalkan.
Apa yg membuat dia berbuat begitu.?.

---
Perjalanan mengunjungi orang tuanya ke negeri kelahirannya sudah direncanakan sejak lama sebelum dia mendapatkan status sebagai warga negara di negara tempat tinggalnya sekarang di eropa.

Setelah menunggu delapan tahun dan dia mendapatkan kewarganegaraan barunya, maka saat yg dinanti nantikan sampai juga. Dengan ditemani kakak perempuannya sampailah dia kembali ke negeri kelahirannya, afrika untuk mengunjungi ibu yg sudah tidak lagi hidup dengan suaminya, karena suaminya meninggal dunia.

Hari pertama di tempat kelahirannya dijumpai suatu yg sangat berlainan tidak seperti kehidupannya di negeri orang yg kini jadi tempat tinggalnya, dimana semua org org yg dia kenal atau dia tidak kenal datang megunjungi rumahnya hanya untuk memberi selamat dan salam kepadanya, sebagai org kampung yg lugu dan tanpa basa basi, menghormati tamu dan selalu ada waktu ketika org lain membutuhkan.

Perlakukan hari pertama di kampung klahirannya telah membuka pintu yg sudah tetutup yg selama ini dia jalani di negeri orang itu. Tidak ada satu katapun yg dapat diungkapkannya ketka dia melihat sambutan tetangga tetatangganya dan sanak familinya. Air mata tdk sanggup dia sembunyikan yg mengalir bersama rasa bahagia.

Kini usianya sudah hampir menginjak 20 tahunan. Kesenangan dan kemudahan di negeri maju dan bahkan termasuk negeri yg paling kaya di dunia, semua kebutuhannya terpenuhi. Tapi ternyata ketika menerima sambutan dari orang orang di kampung kelahirannya, dia menyadari bahwa yg dapati selama ini tapi cuma kebutuhan lahir saja, sementara bathinnya kosong dan lapar.

Di negeri barunya itu tidak sekali seminggu tetangganya menyapa, tidak sebulan sekali, kakak perempuannya atau pamannya datang mengunjunginya. Kadang hanya lewat telefon atau jika kebetulan bertemu di jalan atau di pasar, sambil berbas basi lalu berpisah karena waktu yg sempit, harus mengejar ini dan itu.

ecb.jpg (425×319)Kesunyian dan kesunyian hati inilah yg kini terpenuhi ketika dia mempunyai kesempatan untuk kembali mengunjungi ibunya setelah hampir 10 tahun berada di negeri orang yg kini menjadi tempat tinggalnya.

Sambutan hangat keluarga dan tetangga serta sambutan suara azan yg dirinduinya memenuhi ruang ruang kosong di hatinya. Dimana ketika di negeri barunya dia hanya bisa mendengar suara azan dari internet atau ketika dia ke mesjid sholat jumat, dan itupun hanya di dalam mesjid, karena azan tidak boleh kedengaran ke luar dari dalam mesjid.

Setelah beberapa hari di kampung kelahirannya dan sudah mulai kenal dengan keadaan yg baru dan situasi yg ada. Dia mencoba berbaur dengan masyarakat kampung dan disekitarnya.
---

Suatu hari teman cupu lebih awal datang ke pasar untuk membeli bahan makanan hari itu. Dia menunggu  sejak pagi lagi dan menunggu dan menunggu tukang sayur yg dipesankan oleh ibunya di pasar itu.

Dilihatnya seorang anak gadis umur belasan mendorong gerobak yg isinya penuh sayuran dan bahan makanan lainnya. Sementara seorang laki laki tanpa tangan ikut di belakangnya. Gadis belasan itu memakai kerudung dan menutupi seluruh badannya dengan baju yg sangat sederhana, namun nampak rapi dan tidak memperlihatkan bentuk tubuhnya.

Di satu sudut pasar mereka berhenti dan gadis muda itu menempatkan barang dagangan dan mengaturya dengan baik, sangat cekatan dan kelihatan rapi walau tempat dan gerobaknya sangat sederhana. Setelah siap gadis belasan itupun pergi, namun sebelum pergi, laki laki tanpa tangan itu mencium kening gadis itu dengan penuh rasa sayang yg luar bisa, ditambah sebaris kata, ”Hati hati di jalan ya nak, doa ayah untukmu”.

miniatur_gerobak_sayur.jpg (688×827)
Ketika dia sampai di depan warung gerobak itu, dia disambut dengan ucapan salam dari laki laki tanpa tangan itu. Senyumanya megembang;, ”Adik org baru disini ya?”.
Teman cupu tidak dapat menutupi rasa herannya ketika dia disapa demikian. Bahkan dia tidak menyangka bahwa laki laki ini begitu memperhatikan orang orang sekitarnya sehingga dia bisa mengetahui mana org tempatan dan org pendatang.
”Ya pak”; jawab teman cupu sambil membalas senyuman itu.
”Dari mana adik ini? ”. Obrolan mulai bertambah. Teman cupu sulit juga menjawabnya, jika dia sebenarnya org sini dan ....
”Ya, pak saya kesini mengunjungi orang tua saya”; jawab cteman cupu. Lalu dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa dia tinggal sebuah negara di eropa, dan dia menyebut nama negara itu.

Kemudian lelaki itu menanyakan apa yg ingin dibelinya. Teman cupu menyebutkan beberapa jenis sayur yang ingin dbelinya. Bapak itu mengambil dengan kedua kakinya dan dia membungkus sayuran itu dengan kakinya juga. Nampak begitu cekatan.
Teman cupu memperhatikan di kaki laki laki itu ada berbungkus seperti sarung dari plastik yg melindungi dari kulitnya seperti sarung tangan layaknya.

”Maaf dik, saya melakukannya dengan kaki saya, karena saya tidak mempunyai tangan. Alhamdulillah saya memakai sarung plastik ini di kaki saya, agar pembeli tidak merasa kurang enak dengan menggunakan kaki”; laki laki itu menjelaskan.
----
Teman cupu mengambil lembaran uang dari kantungnya dan menyerahkan kepada laki laki itu. Laki laki itu mengatakan kpd teman cupu untuk meletakkan dikotak yg ada di depanya. Dia menyebutkan berapa jumlahnya, dan jika uangnya lebih, dia meminta teman cupu untuk mengambil kembaliannya sendiri dari kotak itu. Ternyata transkasi seperti itu diterapkan oleh laki laki tanpa tangan itu kepada semua pembelinya.

Tiba tiba disamping cupu muncul seorang peminta minta, seketika laki laki penjual itu mengatakan kepada peminta minta utk mengambil sejumlah uang dari kotak uang jualannya. Lalu peminta minta itu mengambil sejumlah uang yg disebutkan laki laki itu dan kemudian mengucapkan terima kasih dan pergi.

”Itu saudara bapak?”; tanya teman cupu coba menebak, karena sepertinya mereka akrab dan saling kenal.
”Bukan, dia itu peminta peminta yg sering datang ke sini memohon bantuan”; jawab bapak penjual itu. Teman cupu heran dan tidak bisa disembunyikan keherannya itu. Lama dia termenung, dan suara bapak penjual itu menyadarkannya.
”Ada lagi yg diperlukan dik?”. Teman cupu menjawab ”Ngga,pak udah pak cukup, pak”. Jawab teman cupu terbata bata.
”Baiklah kalau begitu, sayapun mau tutup sementara, hendak ke mesjid”; kata bapak penjual itu. Setelah mengambil belanjaanya, teman cupu-pun pulang dengan perasaan senang karena sayur yg dibutuhan sudah dibeli.
---

Tidak berapa lama suara azan pun bergema, indah nyaring dan tidak pernah sekalipun teman cupu mendengar suara azan seperti ini sebelumnya. Mendengar suara azan zuhur itu, teman cupu segera pergi bergegas ke mesjid dengan belanjaannya, dia batalkan untuk pulang ke rumah.

Keinginan tahuannya tentang suara azan yg merdu dan nyaring itu dia luapkan ketika dia selesai shalat zuhur dengan menanyakan kepada imam yg mengimami sholat zuhur tadi.
Imam kemudian menunjuk kepada seseorang yang baru saja keluar dari mesjid. Teman cupu melihat ke laki laki itu, dan hampir dia tidak percaya apa yg dilihatnya. Ternyata, org yang mengalunkan suara azan adalah laki laki tanpa tangan yg berjualan sayuran itu.

Teman cupu sangat penasaran dengan bapak penjual sayur itu, dia mengikuti dari belakang dan dia membatalkan untuk pulang ke rumah. Lalu dia masuk ke dalam warung kopi yg terletak persis di depan jualan bapak tanpa tangan itu. Dia dapat memperhatikan dengan jelas apa yg terjadi.

Laki laki tanpa tangan itu kembali membuka dagangnnya. Pembeli mulai berdatangan. Terlihat barang dagangnnya sudah mulai habis.

Matahari sudah mulai meninggi. Barang dagangannya yg tersisa dari jualannya dibungkus sebagian dan sebagian diberikan kepada penjual yg ada di samping gerobak jualannya. Dan terlihat tetangga yg berdagang di sebelahnya itu juga memberikan sesuatu kepadanya.
---

Hari hapir menjelang sholat ashar, gadis belasan yg membawa gerobak tadi pagi datang dan mengepak semua barang dan menuntun gerobak itu kembali melalui jalan dari arah dia datang. Sementara laki laki penjual itu mengikuti dari belakang.

Teman cupu memperhatikan bapak dan anak itu terus sampai di ujung belokan itu, keduanya hilang dari pandangannya. Teman cupu-pun keluar dari warung kopi dengan belanjaannya pulang kerumah. Difikirannya.. "ibu nya sudah lama menunggu dan dirinya selama satu hari ini di pasar".. Ada senyuman yg tdk nampak di wajahnya, namun di hatinya, senyuman bahagia. Hidup begitu berarti dalam tiap menitnya, jika kita bermanfaat utk org lain. Dia pulang dengan membawa sayur dan pelajaran hidup.
----

Saat saat untuk pulang sudah dekat. Waktu liburan dan kunjungan ke orang tuanya sudah habis. Tiket yg dbeli untuk pulang sudah pun diconfirmasikan sebelum berangkat.

Rasa berat dan timbang menimbang saat malam sebelum keberangkatan pulang. Tekadnya ingin tetap di kampung kelahirannya dan tidak ingin kembali pulang ke negara barunya di eropa, begitu berat mengangggu fikirannya.

Kehidupan yg nyaman, keramahan dan pelajaran yg didapati dari seorang laki laki tanpa tangan yg hidup bahagia, dengan senyuman serta ketulusan di hari harinya menambah kuat keinginan itu.
”Aku tidak akan pulang”; kata kata itu melucur begitu saja dari bibirnya, sebelum badannya di rebahkan ke pembaringan di malam terakhir di kampung kelahirannya itu.
----
Pagi suara azan dari surau di pasar itu membangunkannya. Siapa lagi kalau bukan suara laki laki tanpa tangan itu, mendayu, merdu nyaring dan tidak menyakitkan telinga, bahkan seolah memberi semangat baru di pagi itu utk bangun bersujud. Segera teman cupu itu bangun dan segera mengambil wudhu dan bergegas ke mesjid. 

Di mesjid sudah ada beberapa orang. Ada yg sedang sholat dan yg berzikir dan ada yg sedang berdoa. Teman cupu berjalan menuju ke barisan (saf) pertama yg hampri penuh, dan selanjutnya dia sholat dua rakaat tahyatul mesjid dan dilanjutkan degan sholat sunat sebelum subuh.

Muazain yg tiada lain laki laki tidak bertangan melantunkan iqamat tanda shalat dimulai. Suara takbir dari raaat ke rakaat dan akhirnya sampai dengan salam, mengkahiri 2 rakaat subuh ini.
---

Ketika teman cupu hendak keluar dari mesjid, ada org yg memberi salam kepadanya. Dilihatnya org itu tiada lain adalah laki laki tanpa tangan itu. Lalu dihampiri laki laki itu. Dengan membuka pembicaraan menanyakan hal ikhlalnya.
Dan akhirnya berujung pada pertanyaan laki laki itu kepada teman cupu. ”Apakah adik akan tinggal disini terus?”. Pertanyaan itu seolah membangunkan cupu dari tidur. Hampir hampir dia tidak menyadari kalau dirinya yg ditanya.
Sebelum teman cupu menjawab, laki laki itu mengatakan kepada cupu. ”Yang kamu lihat bukanlah sesuatu yg kamu fahami. Hidup memang seperti itu, apa yg kamu lihat baik, belum tentu baik bagimu. Ingatlah dimana saja kita berada, jika kita bisa menjaga keyakinan, kejujuran dan tidak pantang menyerah dan selanjunya bertawaqal hanya kapada ALLAH swt, maka hidup kita insyaALLAH akan baik”.
Laki laki itu mengucapkan salam kepada teman cupu, dan dia pun berlalu pergi di balik gelap yg masih menyelimuti pagi subuh itu. Sementara teman cupu masih tertegun dengan apa yg diucapkan laki laki tanpa tangan itu.

Teman cupu mencoba mengulang kalimat kalimat itu, sambil membayangkan kehidupan dengan keyakinan, kejujuran dan ketaqwaan kepada ALLAH swt. 
Sanggupkah teman cupu mengamalkan hal itu ?
---

Bus yg tiba tiba membelok berhenti mengambil penumpang menyadarkan teman cupu untuk turun di pemberhentian bus berikutnya, dimana  teman cupu itu tinggal.

Cupu melihat wajah temannya yg masih membayangkan kehidupan indah di kampung kelahirannya.
”Cobalah ikuti nasehat bapak itu”; kata cupu mencoba membangunkan suasana hening malam itu. Lalu cupu melanjutkan lagi, katanya ”Memang tidak semua impian kita dan kenyataan yg kita lihat dari orang sama seperti jika berkenaan dengan diri kita. Ada yg mungkin baik buat org lain tapi tdk utk kita. Yang paling penting adalah tekad itu yang harus dibesarkan”.
Teman cupu melihat ke arah cupu sambil membetulkan jaketnya yg terlipat di tempat duduknya. 

Terakhir cupu mengatakan kepada temannya itu ”InsyaALLAH jika sudah siap dan kamu sudah cukup modal lahir dan bathin, mungkin kamu boleh berfikir untuk kembali ke kampung kelahiranmu untuk memulai hidup seperti hidup yg ada dalam impianmu”.
Teman cupu tersenyum sambil mengulurkan tangan utk bersalaman, dimana bersamaan dengan itu, bus sudahpun berhenti di perhentian dimana temannya harus turun. Ucapan salam dari dua teman berteman itu mengakhiri perjumpaan malam larut itu. 
---

Malam terus bergulir, dua jam lagi waktu makan sahur.  Cupu masih sempat merebahkan lelahnya bersama doa. Semoga ALLAH swt memberi yang terbaik utk temannya. Amin

Qibla.. (tulis alamat anda)