16 Maret 2012

Catatan sahabat (20:15)


Kerisauan teman Cupu bertambah ketika jarum jam sudah menunjuk angka 20:15. Temannya yang berjanji mengantarkan mereka ke lapangan terbang belum juga muncul. Pesawat yang akan membawa mereka pulang berangkat pukul 21:50. Untuk check in selambat lambatnya 30 menit sebelum penerbangan.

Jarum jam terus bergerak melewati detik dan menit. Sudah pukul 20:30, lima belas menit sudah berlalu. Teman teman cupu yang lain saling menyalahkan satu dengan lain. Ada yang mengatakan mengapa menaruh barang barang bawaan di mobil temannya teman cupu itu, kalau tidak kan bisa panggil taxi, dan lain sebagainya.

Sudah berapa kali teman cupu itu mencoba hubungi Hp temannya itu tapi tidak ada jawaban. Kerisauan bertambah lagi. Dalam fikiran cupu mungkin ada masalah dengan mobilnya, atau ditangkap polisi, atau dan atau..... Macam macam yang keluar dari benaknya.
Yang pasti waktu tidak mau menunggu, detik dan menit berlalu, sementara suara kekesalan dari ketiga temannya bertambah merisaukan.

Ketika jam sudah menunjukkan pukul 20:50 muncullah teman yang ditunggu tunggu dengan mobilnya. Teman Cupu tidak bisa menahan emosinya lagi, marah sebisanya. Semua naik ke mobil dengan tergesa gesa. Ketika temannya itu naik dibantingnya kuat kuat pintu mobil. Temannya mencoba memberi alasan kenapa dia terlambat, tapi teman cupu tidak memberi kesempatan untuk penjelasannya dan bahkan tidak memperdulikannya, malah semakin marah. Akhirnya teman itu diam.

Cupu dari belakang mengusap usap pundak temannya yg marah, agar bisa tenang. Temannya melihat kebelakang, cupu mengisyaratkan supaya temannya itu tenang. Wajahnya tidak berubah masih marah, lalu dipalingkan wajahnya balik.

Mobilpun meluncur di jalan menuju airport. Suasana di mobil sangat tegang, kendaraan meluncur dengan kecepatan melampui batas kecepatan yg diizinkan. Tiada kata yang keluar dari mulut masing masing. Sementara cupu yang duduk dibelakang Cuma berharap agar tidak ada lagi masalah di jalan. Dia berfikir jika jadi tiba tiba polisi muncul di belakang dan menyetop kenderaan karena kecepatan yang melebihi dari batasnya maka akan lebih menambah lambat sampai. Atau yg lebih parah lagi, jika tersenggol mobil orang atau terjadi kecelakaan lainnya. Uhh...jauh jauh...
Cupu membaca beberapa surat surat pendek dari Alqur’an dan berdoa memohon agar tidak terjadi apa apa di jalan ini, dan berharap tidak terlambat sampai ke airport.

Sampai di airport, mobil langsung parkir di depan gerbang masuk, jam sudah menunjukkan 5 menit terlambat dari 30 menit batas check in. Bergegas teman cupu lari ke pengecekan tiket utk mengecek apakah masih bisa chek in karena baru 5 menit terlambat.

Ketika mereka sampai di loket tersebut teman cupu sedang berbicara dengan petugas loket. Nampak di wajahnya ada senyum. Kertas print tiket masih di tangan petugas. Cupu dan teman teman lainnya mendengar dari penjelasan petugas, ”Sebenarnya kalian sudah terlambat untuk chek in, tapi karena pesawatnya delay, maka kami masih bisa menerima”.
Alhamdulillah ..hampir serentak mereka mengucapkan rasa syukur.
Kebingungan dan keresahan bercampur dengan marah berubah, semua wajah nampak tenang.

Teman yang mengantar mereka masih berdiri disitu, ada rasa bersalah di wajahnya.
Dia tidak dapat menyembunyikan rasa bersalah itu. Teman cupu mendatangi temannya itu, lalu dipeluknya.
”Maafkan aku”; Katanya.
”Aku terlalu emosi”; Katanya
”Aku tidak menyadari jika ini semua mungkin cobaan untuk persahabatan kita”; Tambahnya lagi.

Teman cupu dan temannya itu sudah berteman sejak lama bahkan boleh dibilang sudah seperti saudara. Mereka besar bersama, sekolah bahkan kuliahpun pada universitas yang sama. Setelah selesai kuliah mereka juga melamar pekerjaan pada perusahaan yang sama. Hanya saja mereka di tempatkan di tempat yang berbeda oleh perusahaannya.

Mendengar ungkapan itu teman yang mengantar mereka itu hanya tersenyum. Lalu dia berkata.
”Sebenarnya aku tidak tidak akan terlambat, jika aku tidak menghantarkan tetangga ku yang sakit ke rumah sakit”. Katanya.
”Tetanggaku sebelah rumah terjatuh dari tangga, dia ada mengidap penyakit jantung”; Tambahnya lagi.
”Sementara dia tinggal hanya berdua dengan istrinya, anak-anaknya tidak ada”; Temannya itu menjelaskan sambil coba menenangkan suara rasa bersalahnya.

Teman cupu merasa sangat menyesal. Muncul perasaan bersalah di hatinya dan penyesalan mengapa dia tidak mau mendengar penjelasan temannya itu.
”Maafkan aku,”; Mohonnya sambil memeluk temannya itu.
”Aku maafkan,”Katanya.
”Kamu juga harus memaafkan aku, karena aku tidak sempat menjawab telefonmu dan memberitahukan kalian”; Pintanya. Teman cupu mengangguk sambil tersenyum.

Kedua sahabat itu berpelukan dengan eratnya. Mencoba memahami makna semua kejadian ini.
Ada dua tiga tetes air mata mengalir. Mereka mencoba menyembunyikannya. Tapi tetap jatuh.
”Aku tidak mau kehilangan teman ”; Kata temannya teman cupu itu.
”Aku juga”, Jawab teman cupu.
Pelukan dan lambaian tangan serta doa mengiringi perpisahan mereka dengannya.
---
Betapa indahnya persahabatan, jika kita mau sedikit sabar.....
----

Qibla.. (tulis alamat anda)