Kerisauan teman Cupu
bertambah ketika jarum jam sudah menunjuk angka 20:15. Temannya yang berjanji
mengantarkan mereka ke lapangan terbang belum juga muncul. Pesawat yang akan membawa mereka pulang berangkat pukul 21:50. Untuk
check in selambat lambatnya 30 menit sebelum penerbangan.
Jarum jam terus bergerak
melewati detik dan menit. Sudah pukul 20:30, lima belas menit sudah
berlalu. Teman teman cupu yang lain saling menyalahkan satu dengan lain. Ada yang mengatakan mengapa menaruh barang barang bawaan
di mobil temannya teman cupu itu, kalau tidak kan bisa panggil taxi, dan lain sebagainya.
Sudah berapa kali teman cupu itu mencoba hubungi Hp temannya itu tapi
tidak ada jawaban. Kerisauan bertambah lagi. Dalam fikiran cupu mungkin ada
masalah dengan mobilnya, atau ditangkap polisi, atau dan atau..... Macam macam
yang keluar dari benaknya.
Yang pasti waktu tidak mau menunggu, detik dan menit berlalu, sementara
suara kekesalan dari ketiga temannya bertambah merisaukan.
Ketika jam sudah menunjukkan pukul 20:50 muncullah teman yang ditunggu
tunggu dengan mobilnya. Teman Cupu tidak bisa menahan emosinya lagi, marah
sebisanya. Semua naik ke mobil dengan tergesa gesa. Ketika temannya itu naik
dibantingnya kuat kuat pintu mobil. Temannya mencoba memberi alasan kenapa dia
terlambat, tapi teman cupu tidak memberi kesempatan untuk penjelasannya dan
bahkan tidak memperdulikannya, malah semakin marah. Akhirnya teman itu diam.
Cupu dari belakang mengusap usap pundak temannya yg marah, agar bisa
tenang. Temannya melihat kebelakang, cupu mengisyaratkan supaya temannya itu
tenang. Wajahnya tidak berubah masih marah, lalu dipalingkan wajahnya balik.
Mobilpun meluncur di
jalan menuju airport. Suasana di mobil sangat tegang, kendaraan meluncur dengan
kecepatan melampui batas kecepatan yg diizinkan. Tiada kata yang keluar dari
mulut masing masing. Sementara cupu yang duduk dibelakang Cuma berharap agar
tidak ada lagi masalah di jalan. Dia berfikir jika jadi tiba tiba polisi muncul
di belakang dan menyetop kenderaan karena kecepatan yang melebihi dari batasnya
maka akan lebih menambah lambat sampai. Atau yg lebih parah lagi, jika
tersenggol mobil orang atau terjadi kecelakaan lainnya. Uhh...jauh jauh...
Cupu membaca beberapa
surat surat pendek dari Alqur’an dan berdoa memohon agar tidak terjadi apa apa
di jalan ini, dan berharap tidak terlambat sampai ke airport.
Sampai di airport, mobil
langsung parkir di depan gerbang masuk, jam sudah menunjukkan 5 menit terlambat
dari 30 menit batas check in. Bergegas teman cupu lari ke pengecekan tiket utk
mengecek apakah masih bisa chek in karena baru 5 menit terlambat.
Ketika mereka sampai di
loket tersebut teman cupu sedang berbicara dengan petugas loket. Nampak di
wajahnya ada senyum. Kertas print tiket masih di tangan petugas. Cupu dan teman
teman lainnya mendengar dari penjelasan petugas, ”Sebenarnya kalian sudah
terlambat untuk chek in, tapi karena pesawatnya delay, maka kami masih bisa
menerima”.
Alhamdulillah ..hampir
serentak mereka mengucapkan rasa syukur.
Kebingungan dan
keresahan bercampur dengan marah berubah, semua wajah nampak tenang.
Teman yang mengantar
mereka masih berdiri disitu, ada rasa bersalah di wajahnya.
Dia tidak dapat
menyembunyikan rasa bersalah itu. Teman cupu mendatangi temannya itu, lalu
dipeluknya.
”Maafkan aku”; Katanya.
”Aku terlalu emosi”;
Katanya
”Aku tidak menyadari
jika ini semua mungkin cobaan untuk persahabatan kita”; Tambahnya lagi.
Teman cupu dan temannya
itu sudah berteman sejak lama bahkan boleh dibilang sudah seperti saudara.
Mereka besar bersama, sekolah bahkan kuliahpun pada universitas yang sama.
Setelah selesai kuliah mereka juga melamar pekerjaan pada perusahaan yang sama.
Hanya saja mereka di tempatkan di tempat yang berbeda oleh perusahaannya.
Mendengar ungkapan itu
teman yang mengantar mereka itu hanya tersenyum. Lalu dia berkata.
”Sebenarnya aku tidak
tidak akan terlambat, jika aku tidak menghantarkan tetangga ku yang sakit ke
rumah sakit”. Katanya.
”Tetanggaku sebelah
rumah terjatuh dari tangga, dia ada mengidap penyakit jantung”; Tambahnya lagi.
”Sementara dia tinggal
hanya berdua dengan istrinya, anak-anaknya tidak ada”; Temannya itu menjelaskan
sambil coba menenangkan suara rasa bersalahnya.
Teman cupu merasa sangat
menyesal. Muncul perasaan bersalah di hatinya dan penyesalan mengapa dia tidak
mau mendengar penjelasan temannya itu.
”Maafkan aku,”; Mohonnya
sambil memeluk temannya itu.
”Aku maafkan,”Katanya.
”Kamu juga harus
memaafkan aku, karena aku tidak sempat menjawab telefonmu dan memberitahukan
kalian”; Pintanya. Teman cupu mengangguk sambil tersenyum.
Kedua sahabat itu
berpelukan dengan eratnya. Mencoba memahami makna
semua kejadian ini.
Ada dua tiga tetes air
mata mengalir. Mereka mencoba menyembunyikannya. Tapi tetap jatuh.
”Aku tidak mau
kehilangan teman ”; Kata temannya teman cupu itu.
”Aku juga”, Jawab teman
cupu.
Pelukan dan lambaian
tangan serta doa mengiringi perpisahan mereka dengannya.
---
Betapa indahnya
persahabatan, jika kita mau sedikit sabar.....
----